Sabtu, 22 Agustus 2009

MAKNA KEDEWASAAN

Waktu dalam kehidupan bagi seorang manusia, adalah sebuah misteri. Waktu adalah kumpulan titik-titik abstrak yang memanjang dan menjadi dimensi yang tidak lepas dari perilaku manusia. Waktu bukan ruang hampa yang terbebas dari tindakan manusia. Setiap detik dengan detik lainnya memiliki pemaknaan yang berbeda.
Kanjeng Nabi telah berwasiat. "Hari ini harus lebih baik dari kemarin." Wasiat yang mengingatkan kepada betapa penting memaknai setiap detik yang dilalui. Tanpa pemaknaan yang berarti, hidup menjadi mubazir dan kemubaziran adalah pangkal kehancuran.

Beliau juga bersabda : Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali dia berseru, “Wahai putra-putri Adam, Aku adalah Waktu, aku makhluk yang baru yang akan menjadi saksi atas perbuatanmu. Maka gunakanlah aku, karena aku tidak aan kembali sampai hari kiamat.”

Seorang Ulama berkata : “Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau kota dan desa, membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu, selaian Tuhan, tidak akan mampu melepaskan diri darinya
Maka, tidakkah kita ingin membuat makna berbeda bagi setiap jengkal usia yang ditambahkan dalam hidup kita ?

Manusia adalah makhluk yang melewati beragam proses menuju kesempurnaan. Manusia merupakan lokus bagi gabungan dari "unsur Suci" (Ruh Ilahi) yang menyebabkan para malaikat sujud kepada Adam dan "unsur hina" (debu tanah) yang menjadikan Iblis bersikap rasis enggan sujudnya. Unsur Suci adalah "kodrat langit" yang memberi potensi ketakwaan sehingga manusia dapat lebih mulia daripada malaikat, dan unsur debu tanah adalah "kodrat bumi" yang memberi potensi berbuat fujur (dosa) sehingga manusia bisa meluncur ke derajat yang lebih hina.

Sejak lahir kodrat bumi memaksa kita untuk menuju kedewasan secara fisik-biologis, dan kodrat langit memberi pilihan kepada kita untuk menuju kedewasaan secara psikis-spiritual. Kedewasaan bukan sekedar kesiapan untuk menhasilkan keturunan (reproduksi), tetapi kedewasaan adalah kemampuan untuk melahirkan keputusan memilih jalan yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya.

Mencapai usia dewasa merupakan anugerah Allah SWT yang paling besar kepada seseorang, karena di usia ini ia akan diberikan karunia hikmah dan kebijaksanaan sehingga terbentang dihadapannya jalan kebenaran dan diteguhkan hatinya dalam ketaatan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman: "Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang melakukan kebajikan. " (QS. 28;14)

" ... sehingga apabila dia telah dewasa dan mencapai umur empatpuluh tahun, berkatalah ia: 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku jalan untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau karuniakan kepadaku dan kedua ibu-bapakku, dan doronglah aku untuk berbuat amal saleh yang Engkau ridhai ..." (QS. 46;15)

As-Syaikh al-Arif Abdul Wahhab bin Ahmad as-Sya'rani dalam kitabnya al-Bahrul-Maurud menyebutkan: "Telah diambil janji-janji dari kita, bahwa apabila kita telah mencapai umur empatpuluh tahun, hendaklah bersiap-siap dengan melipat kasur-kasur dan selalu ingat bahwa kita sekarang sedang dalam perjalanan menuju akhirat pada setiap nafas yang kita tarik sehingga tidak akan lagi merasa tenang hidup di dunia. Di samping itu hendaknya kita menghitung setiap detik dari umur kita sesudah melebihi empat puluh tahun, sebanding dengan seratus tahun sebelumnya."

Imam Syafi'i (rahimahullah), setelah mecapai umur empat puluh tahun, berjalan dengan sebatang tongkat kayu. Ketika ditanya sebabnya, beliau berkata:"Supaya aku senantiasa ingat bahwa aku adalah seorang musafir yang sedang berjalan menuju akhirat."

Berkata Wahab bin Munabbih: "Aku baca dalam beberapa kitab, bahwasanya ada suatu suara menyeru dari langit ke-empat pada setiap pagi: ' Wahai orang-orang yang telah berusia empatpuluh tahun! kamu adalah tanaman yang telah dekat dengan masa penuaiannya. Wahai orang-orang yang telah berusia limapuluh tahun! Sudahkah kamu ingat tentang apa yang telah kamu perbuat dan apa yang belum? Wahai orang-orang yang telah berusia enampuluh tahun! Tidak ada lagi dalih bagimu. Oh, alangkah baiknya seandainya semua mahluk tidak diciptakan! Atau jika mereka telah diciptakan, seharusnya mereka mengetahui, mengapa mereka diciptakan. Awas, saatmu telah tiba! Waspadalah! "

Oleh karena itu, sudah sepantasnya tahapan kedewasaan ini dimaknai secara utuh oleh kita, bukan sekedar dari jumlah usianya, namun juga kematangan yang layak dimiliki, sebagai bentuk syukur atas karunia yang diberikan-Nya itu. Berbahagialah bagi mereka yang diberi kesempatan oleh Allah mencapai usia kedewasaan ini.

Ya Allah, bimbinglah aku dengan hidayah-Mu, agar mampu memanfaatkan sisa perjalanan hidupku menjadi semakin dekat mencapai keridhaan-Mu

Usep Supriatna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar