Minggu, 23 Agustus 2009

MATA AIR KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan adalah kata kunci yang paling penting dan melekat dalam kehidupan makhluk di alam semesta ini. Pengorbanan yang harus dikeluarkan untuk meraih kebahagiaan kadangkala disetarakan dengan kehidupan itu sendiri, sehingga banyak yang rela mengorbankan kehidupannya, demi meraih kebahagiaan.

Asumsi-asumsi tentang kebahagiaan beraneka ragam, tentu saja karena sudut pandang untuk melihat sisi kebahagiaan itu juga beraneka ragam. Ada yang menginterpretasikan bahwa kebahagiaan identik dengan kekayaan dan kemewahan, sehingga siang dan malam ia sibuk mengumpulkan dan menumpuk harta benda, tanpa peduli dengan kesehatan dirinya. Bahkan dengan umur yang dimilikinya pun ia gerogoti, sampai habis, walau kebahagiaan yang didambakannya itu pun tak kunjung datang.

Sebagian lagi ada yang memandang bahwa kebahagiaan identik dengan pangkat, kedudukan, tahta dan jabatan. Namun, ketika semuanya itu ia kejar justru yang didapat adalah keresahan, kebimbangan, dan ketidaktenangan batin. Serta sebagian lagi ada yang mengidentikkan kebahagiaan dengan ketampanan, kecantikan, kekuatan dan kemampuan, namun lagi-lagi itu semua malah mengantarkannya kepada kebinasaan.

Socrates, sang filusuf, pun pernah berpendapat, “Berapa banyak keindahan yang berubah menjadi aib. Berapa banyak orang yang dengan kekuatan, namun tak berdaya menghindari bahaya dan sengsara. Berapa banyak orang yang bergelimang harta kekayaan tapi hatinya selalu hampa dan gelisah. Dan berapa banyak orang yang namanya tersohor dimana-mana tapi tak lama kemudian sirna dan menjadi sebaliknya.” Selanjutnya ia menegaskan bahwa akar kebahagiaan adalah dengan bersungguh-sungguh mencari keutamaan-keutamaan serta mewujudkan perilaku yang baik dan terpuji.

Imam ‘Ali bin Abi Thalib menyatakan kepada kita bahwa untuk meraih kebahagiaan, “Hendaklah keluar dari kehinaan maksyiat menuju keagungan taat”. Jadi kebahagian hanya dapat diraih dari mata air sumber kebahagiaan itu, yaitu Allah SWT. Oleh karena itu, jika kita meraihnya dengan ketaatan yang kita lakukan terhadap perintah-Nya dan ketaatan untuk menghindarkan diri dari segala yang dicegah-Nya, adalah kunci untuk membuka tirai menuju kebahagiaan.

Usep Supriatna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar